0 Comments
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
----------------
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, " Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa temanku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah temanku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota . Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
----------------
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, " Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa temanku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah temanku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota . Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Winrar tu program buat mengompress file, agar ukuran'nya menjadi lebih kecil.
Program ini sering digunakan untuk mengirim via internet (biar hemat bandwith..) hehe..
untuk membuka hasil nilai try out bio ke 3 contohnya, terutama bila menemukan file yang berjenis rar, zip, jar, dll bisa dibuka pake itu..
program tsb bisa di download Di Sini
semoga membantu..
Program ini sering digunakan untuk mengirim via internet (biar hemat bandwith..) hehe..
untuk membuka hasil nilai try out bio ke 3 contohnya, terutama bila menemukan file yang berjenis rar, zip, jar, dll bisa dibuka pake itu..
program tsb bisa di download Di Sini
semoga membantu..
Fren, bentar lagi kan pisah, dah beda kuliahnya, ada yang beda kota, beda pulau, beda negara, ato beda - beda yang laen yang bikin kita kagak bisa kumpul2 , jadi gue memutuskan untuk membuat milis buat kelas kita yang tercinta ini..
Apa itu milis ? milis itu singkatan dari Mailing - list, tujuannya klo kita dah gabung ama milis tertentu, kita bisa menerima email dari semua anggota milis tersebut. Jadi misalnya semua dah gabung, trus ada yang kirim email ke alamat milis kita ( 12ia8@yahoogroups.com), maka semua yang dah daftar bisa dapet email itu..
Misalnya mau share ato apa tinggal compose email ke 12ia8@yahoogroups.com
Cara gabungnya ? tinggal buka http://groups.yahoo.com/group/12ia8 trus daftar disitu.. nanti tiap ada yang kirim email ke 12ia8@yahoogroups.com, langsung sampe ke semua yang dah daftar.. Hehe.. Juga untuk menghemat pulsa daripada calling/ sms satu-satu, klo sekarang masih 1 negara gpp, tapi klo nanti dah beda, kan susah, jadinya kita masih bisa ada "hubungan" satu sama lain..
Sekian dan terima kasih.. Gabung ya ! khususnya semua anggota kelas kita.. ^^
Oya buat yg emailnya bkn yahoo, bs jg kQ, tapi tolong bilang alamat emailnya ke aQ ( Sandy / cyberthera2032@yahoo.com ), nanti aQ invite.. hehe..
Apa itu milis ? milis itu singkatan dari Mailing - list, tujuannya klo kita dah gabung ama milis tertentu, kita bisa menerima email dari semua anggota milis tersebut. Jadi misalnya semua dah gabung, trus ada yang kirim email ke alamat milis kita ( 12ia8@yahoogroups.com), maka semua yang dah daftar bisa dapet email itu..
Misalnya mau share ato apa tinggal compose email ke 12ia8@yahoogroups.com
Cara gabungnya ? tinggal buka http://groups.yahoo.com/group/12ia8 trus daftar disitu.. nanti tiap ada yang kirim email ke 12ia8@yahoogroups.com, langsung sampe ke semua yang dah daftar.. Hehe.. Juga untuk menghemat pulsa daripada calling/ sms satu-satu, klo sekarang masih 1 negara gpp, tapi klo nanti dah beda, kan susah, jadinya kita masih bisa ada "hubungan" satu sama lain..
Sekian dan terima kasih.. Gabung ya ! khususnya semua anggota kelas kita.. ^^
Oya buat yg emailnya bkn yahoo, bs jg kQ, tapi tolong bilang alamat emailnya ke aQ ( Sandy / cyberthera2032@yahoo.com ), nanti aQ invite.. hehe..
Fren, ni dah ku ketik yang jawaban try out 3, huh.. emg agak capek.. ^^
tapi buat yang terakhir ya ! emg dah ga ada try out lagi to.. hehe..
btw, nanti yang dah punya jawaban dari "serangan fajar", mohon disebarkan ya !
wkwkwk..
semoga bisa lulus semua.. Amin !
oh ya hampir lupa, ni link downloadnya klik disini
Sori buat kimia ama B.ind ketuker tipenya.. ^^
n klo mau liat hasil try out biology bisa di klik disini
tapi buat yang terakhir ya ! emg dah ga ada try out lagi to.. hehe..
btw, nanti yang dah punya jawaban dari "serangan fajar", mohon disebarkan ya !
wkwkwk..
semoga bisa lulus semua.. Amin !
oh ya hampir lupa, ni link downloadnya klik disini
Sori buat kimia ama B.ind ketuker tipenya.. ^^
n klo mau liat hasil try out biology bisa di klik disini
Sahabat,
aku sedang duduk di sebelahmu,
Tetapi engkau sama sekali tidak memandangku.
Kuajukan beberapa pertanyaan padamu,
engkau menjawab sepotong. Berhenti. Sepotong. Berhenti
Matamu terpaku pada laptop di depanmu
Tanganmu mengetik dengan cepat
Sedang chatting dengan teman nun jauh di seberang
Sahabat,
Hari ini engkau duduk di hadapanku.
Mukamu menghadapku,
tetapi aku tahu engkau tidak ada di situ.
Sebuah earphone kecil ada di telingamu.
Tubuhmu bergoyang kecil,
sambil mendendangkan lagu
mengikuti alunan musik dari ipodmu.
Aku tersenyum padamu,
dan engkau tidak melihat itu
Mungkin suatu hari nanti,
Ketika aku jauh darimu
Engkau akan meng-add aku di facebook, friendster dan list ym-mu
Dan mulai bertanya apa kabarmu, bagaimana pekerjaanmu?
Sebuah topik yang tidak menarik untuk ditanyakan -
ketika aku berada di dekatmu.
Hal remeh-temeh yang sedang kukerjakan,
Entah ”sedang makan mie” atau ”ingin nonton”
Asalkan ditulis di status facebookku
Akan menjadi hal yang menarik untuk engkau komentari,
Sesuatu yang bahkan engkau tidak peduli dan tidak ingin tahu
Ketika aku berada di dekatmu
Apakah mata, telinga dan hati hanya akan tersedia
ketika aku sudah jauh?
My dear friend,
Now I am here for you,
Please be here for me too.
aku sedang duduk di sebelahmu,
Tetapi engkau sama sekali tidak memandangku.
Kuajukan beberapa pertanyaan padamu,
engkau menjawab sepotong. Berhenti. Sepotong. Berhenti
Matamu terpaku pada laptop di depanmu
Tanganmu mengetik dengan cepat
Sedang chatting dengan teman nun jauh di seberang
Sahabat,
Hari ini engkau duduk di hadapanku.
Mukamu menghadapku,
tetapi aku tahu engkau tidak ada di situ.
Sebuah earphone kecil ada di telingamu.
Tubuhmu bergoyang kecil,
sambil mendendangkan lagu
mengikuti alunan musik dari ipodmu.
Aku tersenyum padamu,
dan engkau tidak melihat itu
Mungkin suatu hari nanti,
Ketika aku jauh darimu
Engkau akan meng-add aku di facebook, friendster dan list ym-mu
Dan mulai bertanya apa kabarmu, bagaimana pekerjaanmu?
Sebuah topik yang tidak menarik untuk ditanyakan -
ketika aku berada di dekatmu.
Hal remeh-temeh yang sedang kukerjakan,
Entah ”sedang makan mie” atau ”ingin nonton”
Asalkan ditulis di status facebookku
Akan menjadi hal yang menarik untuk engkau komentari,
Sesuatu yang bahkan engkau tidak peduli dan tidak ingin tahu
Ketika aku berada di dekatmu
Apakah mata, telinga dan hati hanya akan tersedia
ketika aku sudah jauh?
My dear friend,
Now I am here for you,
Please be here for me too.
(1) Satukan dan lipat kedua tangan seperti saat berdoa.
Perhatikan tangan
anda - apa yang terlihat ?
Jika jempol kiri di atas jempol kanan --> otak kiri
Jika jempol kanan di atas jempol kiri --> otak kanan
(2) Sekarang lipat lengan tangan menyilang di depan dada
(seperti saat duduk
di bangku SD).
Tangan kanan di atas tangan kiri --> otak kiri
Tangan kiri di atas tangan kanan --> otak kanan
Dari kedua pengamatan di atas (1+2), di bawah ini adalah
interpretasi dari
kepribadian anda :
KANAN-KIRI
Penuh pertimbangan, tradisional, jenis tidak langsung.
Secara naluri bisa membaca emosi orang lain, dan tanggapannya
secara alamiah
bersahabat.
Walaupun tidak terlalu berinisiatif dalam melangkah maju,
tetapi akan selalu
memberikan dukungan di belakang orang lain.
Memiliki kepribadian yang stabil dan penuh pertimbangan,
sehingga memberikan
perasaan terlindungi bagi orang lain.
Tetapi kelemahannya adalah mereka tidak bisa berkata "tidak";
meskipun
sebetulnya tidak ingin, mereka tetap akan berusaha
menyenangkan orang lain.
KANAN-KANAN
Tipe orang yang menyukai tantangan, berterus terang.
Satu kali mereka memutuskan satu hal, akan segera mengambil
tindakan.
Sangat ingin tahu dan menyukai tantangan. Berani menghadapi
tantangan tanpa
berpikir jauh (kadang kala dengan bodoh).
Kelemahannya adalah mereka tidak mendengarkan orang lain, dan
hanya
menyaring apa yang ingin mereka dengar dalam suatu percakapan,
serta sangat
subyektif.
Bagaimana pun juga, karena sikap terus terangnya, mereka
cenderung dengan
wajar menjadi orang yang populer..
KIRI-KIRI
Berdedikasi, dingin, perfeksionis, sangat logis dalam semua
aspek.
Satu-satunya cara untuk mengalahkan (atau memperngaruhi)
mereka adalah
dengan memberikan alasan-alasan yang tepat.
Mereka punya banyak kebanggaan, dan merasa kuat untuk
melalukan hal-hal yang
benar.
Jika mereka menjadi temanmu, mereka sangat bisa dipercaya.
Akan tetapi jika mereka adalah lawan, maka akan sangat susah
untuk membuat
kesepakatan dengan mereka.
Karena mereka bisa begitu perfeksionis, maka biasanya mereka
meninggalkan
kesan yang buruk karena susah untuk membuat kesepakatan saat
pertama kali
bertemu.
KIRI-KANAN
Suka memperhatikan orang lain, tipe pemimpin.
Punya kemampuan mengamati yang tajam dan dingin dalam
memandang melalui
berbagai situasi, dan bahkan masih bisa menimbang untuk
kebutuhan yang lain.
Karena mereka memiliki pembawaan yang kalem dan dingin, dan
rasa tanggung
jawab yang kuat, mereka bisa menjadi pemimpin dalam kelompok.
Populer diantara orang lain. Bagaimana pun, mereka mungkin
tidak bisa
menahan dirinya untuk mencampuri urusan orang lain karena
mereka selalu
punya keinginan yang kuat untuk memperhatikan orang lain.
Selalu peduli
dengan pandangan orang lain tentang dirinya, dan selalu
waspada.
* * * * *
Perhatikan tangan
anda - apa yang terlihat ?
Jika jempol kiri di atas jempol kanan --> otak kiri
Jika jempol kanan di atas jempol kiri --> otak kanan
(2) Sekarang lipat lengan tangan menyilang di depan dada
(seperti saat duduk
di bangku SD).
Tangan kanan di atas tangan kiri --> otak kiri
Tangan kiri di atas tangan kanan --> otak kanan
Dari kedua pengamatan di atas (1+2), di bawah ini adalah
interpretasi dari
kepribadian anda :
KANAN-KIRI
Penuh pertimbangan, tradisional, jenis tidak langsung.
Secara naluri bisa membaca emosi orang lain, dan tanggapannya
secara alamiah
bersahabat.
Walaupun tidak terlalu berinisiatif dalam melangkah maju,
tetapi akan selalu
memberikan dukungan di belakang orang lain.
Memiliki kepribadian yang stabil dan penuh pertimbangan,
sehingga memberikan
perasaan terlindungi bagi orang lain.
Tetapi kelemahannya adalah mereka tidak bisa berkata "tidak";
meskipun
sebetulnya tidak ingin, mereka tetap akan berusaha
menyenangkan orang lain.
KANAN-KANAN
Tipe orang yang menyukai tantangan, berterus terang.
Satu kali mereka memutuskan satu hal, akan segera mengambil
tindakan.
Sangat ingin tahu dan menyukai tantangan. Berani menghadapi
tantangan tanpa
berpikir jauh (kadang kala dengan bodoh).
Kelemahannya adalah mereka tidak mendengarkan orang lain, dan
hanya
menyaring apa yang ingin mereka dengar dalam suatu percakapan,
serta sangat
subyektif.
Bagaimana pun juga, karena sikap terus terangnya, mereka
cenderung dengan
wajar menjadi orang yang populer..
KIRI-KIRI
Berdedikasi, dingin, perfeksionis, sangat logis dalam semua
aspek.
Satu-satunya cara untuk mengalahkan (atau memperngaruhi)
mereka adalah
dengan memberikan alasan-alasan yang tepat.
Mereka punya banyak kebanggaan, dan merasa kuat untuk
melalukan hal-hal yang
benar.
Jika mereka menjadi temanmu, mereka sangat bisa dipercaya.
Akan tetapi jika mereka adalah lawan, maka akan sangat susah
untuk membuat
kesepakatan dengan mereka.
Karena mereka bisa begitu perfeksionis, maka biasanya mereka
meninggalkan
kesan yang buruk karena susah untuk membuat kesepakatan saat
pertama kali
bertemu.
KIRI-KANAN
Suka memperhatikan orang lain, tipe pemimpin.
Punya kemampuan mengamati yang tajam dan dingin dalam
memandang melalui
berbagai situasi, dan bahkan masih bisa menimbang untuk
kebutuhan yang lain.
Karena mereka memiliki pembawaan yang kalem dan dingin, dan
rasa tanggung
jawab yang kuat, mereka bisa menjadi pemimpin dalam kelompok.
Populer diantara orang lain. Bagaimana pun, mereka mungkin
tidak bisa
menahan dirinya untuk mencampuri urusan orang lain karena
mereka selalu
punya keinginan yang kuat untuk memperhatikan orang lain.
Selalu peduli
dengan pandangan orang lain tentang dirinya, dan selalu
waspada.
* * * * *
ni dah gue ketik di excel, silahkan download Klik Disini
Akhir kata,
Bunga mawar yang harum pun punya duri,
di dunia ini tidak ada yang sempurna.
gue kan manusia, juga bisa salah ketik.. hehehe..
Akhir kata,
Bunga mawar yang harum pun punya duri,
di dunia ini tidak ada yang sempurna.
gue kan manusia, juga bisa salah ketik.. hehehe..